BAB I
A. Latar Belakang
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Salah satu komponen yang tidak kalah pentingnya dalam pengajaran kimia yaitu penggunaan metode yang tepat. Salah satu metode yang digunakan dalam pengajararan kimia yaitu metode ceramah. Penggunaan analogika (permisalan) dalam metode ceramah merupakan salah satu modifikasi dari banyak modifikasi pada metode ceramah. Bagaimanakah penggunaan analogika pada metode ceramah dapat membantu meningkatkan keberhasilan siswa untuk memahami konsep-konsep bilangan kuantum yang diajarkan menjadi bahan penelitian tindakan kelas, menjadi permasalah yang penulis angkat. Adapun judul penelitian yang penulis buat yaitu "Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas XI.IPA-1 MAN Sukamanah Pada Pemahaman Konsep Bilangan Kuantum dengan Menggunakan Analogika" .
Judul ini diharapkan dapat mengungkap solusi bagi guru dan siswa untuk menemukan dan memudahkan memahami suatu konsep dengan metode pengajaran yang sesuai, salah satunya penggunaan analogika (permisalan) pada metode
B. Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan
1. Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang muncul yaitu :
" Rendahnya kemampuan siswa kelas XI.IPA-1 MAN Sukamanah untuk memahami konsep bilangan kuantum dengan menggunakan metode ceramah."
2. Rumusan Masalah
Dari masalah yang muncul kemudian dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
"Kemampuan siswa kelas XI.IPA-1 MAN Sukamanah untuk memahami konsep bilangan kuantum seharusnya meningkat jika dalam proses pembelajaran menggunakan analogika."
3. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dibuat untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan seperti berikut ini :
" Jika kegiatan pembelajaran di kelas XI.IPA-1 MAN Sukamanah pada konsep bilangan kuantum menggunakan analogika maka kemampuan siswa untuk memahami konsep tersebut semakin baik."
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan memahami konsep bilangan kuantum siswa kelas XI.IPA-1 MAN Sukamanah dengan menggunakan metode pengajaran ceramah biasa dan analogika.
- Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan informasi pada guru kimia mengenai metode pengajaran kimia. Informasi ini dapat dijadikan dasar dalam memilih dan menentukan metode pengajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik konsep yang diajarkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keberhasilan proses belajar mengajar tergantung pada banyak faktor, sesuai dengan bagian-bagian yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu faktor tersebut adalah metodologi / metode pembelajaran.
Metode pembelajaran yang banyak digunakan guru menurut Aminuddin Rasyad dalam bukunya Teori Belajar dan Pembelajaran (2003), yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metoede pemberian tugas, metode demonstrasi, metode bermain peranan dan metode eksperimen.
A. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penyampaian bahan pembelajaran dengan mengkomunikasikan bahan pelajarannya secara lisan atau oral (mondeling).
Metode pembelajaran ceramah dinilai ekonomis, praktis dan efektif untuk menyajikan informasi konsep ilmu, gagasan yang banyak dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial (IPS) dan sebagian kecil dalam pelajaran ilmu-ilmu alam (IPA). Terutama dalam pengelolaan kelas besar dengan jumlah peserta didik lebih dari 35 orang. Dalam praktek kependidikan hampir semua bidang studi dimulai dengan metode ceramah termasuk pelajaran kimia.
Ceramah sebagai metode pengajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode ceramah diantaranya sebagai berikut (W.Gulo, 2004) :
- Hemat dalam penggunaan waktu dan alat.
- Mampu membangkitkan minat dan antusias siswa.
- Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya.
- Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.
- Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui siswa.
Kelemahan dari metode ceramah menurut Aminuddin Rasyad (2003) antara lain :
1. Pihak guru lebih aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan pihak siswa kurang aktif atau pasif.
2. Kadangkala metode ini kurang cocok atau kurang serasi untuk pembentukan keterampilan dan sikap-sikap tertentu..
Sedangkan kelemahan dari metode ceramah menurut W.Gulo (2004) adalah sebagai berikut :
1. Ceramah cenderung pada pola strategis ekspositorik yang berpusat pada guru.
2. Metode ceramah cenderung menempatkan posisi siswa sebagai pendengar dan pencatat.
3. Keterbatasan kemampuan pada tingkat rendah.
4. Proses ceramah berlangsung menurut kecepatan bicara dan logat bahasa yang dipakai oleh guru.
B. Modifikasi Metode Ceramah
Dengan banyaknya konsep-konsep yang lebih bersifat teoritis dan abstrak, maka penggunaan metode ceramah dalam proses belajar mengajar menjadi lebih penting dan sering. Tetapi untuk membuat metode ceramah menjadi lebih menarik dan membuat siswa lebih mudah memahami suatu konsep, maka modifikasi dari metode tersebut perlu dilakukan.
Banyak cara untuk memodifikasi metode ceramah, diantaranya menggabungkan metode ceramah dengan tanya jawab, menggabungkan metode ceramah dengan diskusi (diskusi informasi), juga penggunaan analogika (permisalan) dalam metode ceramah.
Modifikasi metode ceramah dengan menggunakan analogika (permisalan) dipakai ketika konsep yang diajarkan lebih bersifat abstrak, sehingga untuk mengkonkritkan atau memudahkan siswa memahami konsep abstrak tersebut digunakan permisalan (analogika). Dengan satu syarat, permisalan (analogika) yang digunakan tidak mengaburkan konsep yang sesungguhnya dari teori atau meteri yang diajarkan.
C. Tinjauan Materi Bilangan Kuantum
Model atom mekanika kuantum mempunyai persamaan dengan model atom Bohr dalam hal adanya tingkat-tingkat energi (kulit-kulit) dalam atom. Akan tetap,susunan kulit-kulit dalam model atom mekanika kuantum lebih kompleks, di mana setiap kulit terdiri dari satu atau beberapa subkulit, sedangkan subkulit terdiri dari satu atau beberapa orbital.
Istilah orbital berbeda dengan istilah orbit yang digunakan dalam teori atom Niels Bohr. Bohr menggunakan satu bilangan untuk menyatakan satu orbit, yaitu bilangan kuantum n. Sementara, teori atom mekanika kuantum menggunakan tiga bilangan untuk menyatakan suatu orbital, yaitu bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut (l) dan bilangan kuantum magnetik (m). Dan satu bilangan kuantum spin (s) untuk menyatakan elektron.
a. Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) menentukan tingkat energi orbital atau kulit atom. Orbital-orbital dengan nilai bilangan kuantum utama yang sama berada pada kulit yang sama. Bilangan kuantum utama dapat mempunyai nilai semua bilangan bulat positif, yaitu 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
Sama seperti dalam teori atom Bohr, kulit atom dinyatakan dengan lambang K, L, M, N, dan seterusnya sesuai urutan abjad, masing-masing untuk nilai n = 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Misalnya, orbital dengan bilangan kuantum utama (n) = 3 berada pada kulit ketiga, yaitu kulit M.
Bilangan kuantum utama dianalogikakan dengan sebuah rumah pada suatu kompleks perumahan (atom).
b. Bilangan Kuantum Azimut (l)
Bilangan kuantum azimut menyatakan subkulit. Bilangan kuantum azimut dapat mempunyai nilai semua bilangan bulat mulai dari 0 sampai dengan (n-1) untuk setiap nilai n.
Rumus bilangan kuantum azimut : l = 0 s.d (n-1)
Untuk n = 1, nilai l = 0
Untuk n = 2, nilai l = 0, 1
Untuk n = 3, nilai l = 0, 1, 2, dan seterusnya.
Bilangan kuantum azimut menyatakan juga bentuk orbital. Orbital biasanya dinyatakan dengan huruf s, p, d, f, dan seterusnya, masing-masing untuk nilai l = 0, 1, 2, 3, dan seterusnya.
Nilai l : 0, 1, 2, 3, dan seterusnya
Lambang orbital : s, p, d, f, dan seterusnya
Kelompok orbital dengan bilangan kuantum utama (n) dan bilangan kuantum azimut (l) yang sama membentuk satu subkulit. Banyaknya subkulit dari suatu kulit bergantung pada banyaknya nilai bilangan kuantum azimut yang diperbolehkan untuk kulit tersebut.
§ Kulit K (n = 1), ada 1 nilai l (yaitu l = 0), berarti kulit K terdiri dari 1 subkulit, yaitu subkulit 1s.
§ Kulit L (n = 2), ada 2 nilai l (yaitu l = 0 dan 2), berarti kulit L terdiri dari 2 subkulit, yaitu subkulit 2s dan 2p.
§ Kulit M (n = 3), ada 3 nilai l (yaitu l = 0, 1 dan 2), berarti kulit M terdiri dari 3 subkulit, yaitu subkulit 3s, 3p dan 3d, dan seterusnya.
Bilangan kuantum azimut dianalogikakan dengan sebuah kamar yang terdapat dalam suatu rumah (kulit atom).
c. Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Bilangan kuantum magnetik menyatakan orientasi orbital dalam ruang. Bilangan kuantum magnetik dapat mempunyai nilai semua bilangan bulat mulai dari –l sampai dengan +l, termasuk nol (0).
Rumus bilangan kuantum magnetik : m = -l s.d +l
Untuk l = 0, nilai m = 0
Untuk l = 0, nilai m = -1, 0, +1
Untuk l = 0, nilai m = -2, -1, 0, +1, +2
Banyaknya nilai m yang diperbolehkan untuk suatu subkulit menentukan jumlah orbital dalam subkulit itu, dimana setiap nilai m menyatakan satu orbital.
§ Subkulit s (l = 0), ada 1 nilai m, yaitu m = 0, berarti subkulit s terdiri dari 1 orbital saja.
§ Subkulit p (l = 1), ada 3 nilai m, yaitu m = -1, 0, +1, berarti subkulit p terdiri dari 3 orbital, yaitu px, py, dan pz.
§ Subkulit d (l = 2), ada 5 nilai m, yaitu m = -1, -2, 0, +1, +2, berarti subkulit d terdiri dari 5 orbital, yaitu dxy, dxz, dyz, dz2, dan dx2-y2 , dan seterusnya.
Susunan orbital-orbital dalam satu subkulit dapat dinyatakan dengan diagram orbital sebagai berikut :
Subkulit | : | s | | | p | | | | | d | | |
Diagram orbital | : | | | | | | | | | | | |
Nilai m | : | 0 | | -1 | 0 | +1 | | -2 | -1 | 0 | +1 | +2 |
Bilangan kuantum magnetik dianalogikakan dengan sebuah tempat tidur di dalam sebuah kamar (subkulit atom).
d. Bilangan Kuantum Spin (s)
Bilangan kuantum spin (s) menyatakan arah rotasi elektron pada porosnya dan menggambarkan sifat spektrum, dengan nilai + ½ atau – ½.
Tanda + dan – hanya menunjukkan arah yang saling berlawanan dan dapat digambarkan dengan anak panah. Bila anak panah mengarah ke atas 1, maka bilangan kuantum spin bernilai +½ dan bila anak panah mengarah ke bawah ! , maka bilangan kuantum spin bernilai – ½.
1 | s = +1/2 | ! | s = - 1/2 |
Karena bilangan kuantum spin ada dua dan berlawanan arah, maka artinya di dalam satu orbital maksimum hanya ditempati oleh dua elektron yang berlawanan arah.
Bilangan kuantum spin dianalogikakan dengan sepasang pengantin yang tidur di atas tempat tidur (orbital).
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini yaitu di kelas XI.IPA-1 MAN Sukamanah
B. Waktu Penelitian
Sesuai dengan kompetensi Dasar Struktur atom maka penelitian ini diadakannya pada semester I (Ganjil) Tahun Pelajaran 2008/2009 tepatnya bulan Juli 2008.
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI.IPA-1 MAN Sukamanah sebanyak 40 siswa sebagai subjek penelitian ini.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut ;
1. Pembelajaran dilaksanakan dalam 2 tahap (Siklus) yaitu tahap pertama (siklus ke-1) menggunakan metode ceramah biasa pada pembahasan konsep bilangan kuantum, tahap kedua (siklus ke-2) menggunakan metode ceramah dengan analogika pada pembahasan konsep yang sama.
2. Setelah selesai tahap 1 diadakan test, begitupun setelah selesai tahap 2.
3. Sebelum pembelajaran tahap ke 2, guru dengan cermat mengamati kegiatan pembelajaran pada tahap sebelumnya.
4. Guru melakukan pengkajian masalah untuk rencana tindakan serta mengidentifikasi masalah yang muncul.
5. Setiap tes dianalisa hasil kerja siswanya.
6. Melaksanakan tindakan dengan menggunakan instrument yang telah disiapkan.
7. Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil tes dan tindak lanjutnya.
E. Perencanaan
a) Permasalahan
Kemampuan siswa memahami konsep dengan menggunakan analogika harus lebih meningkat dibandingkan menggunakan metode ceramah pada konsep bilangan kuantum.
b) Alternatif Pemecahan
Supaya pemahaman konsep bilangan kuantum meningkat, maka perlu digunakan analogika dari pada metode ceramah yang sebelumnya digunakan.
c) Pelaksanaan Kegiatan
· Tindakan / siklus pertama pengajaran menggunakan metode ceramah.
· Siklus kedua pengajaran menggunakan analogika.
d) Evaluasi Tindakan
Mengadakan tes tertulis dengan metode uraian yang selanjutnya hasil penelitian dianalisa sampai memperoleh nilai.
e) Analisa Hasil Observasi Tindakan kesatu (Siklus 1)
Analisa hasil observasi tindakan pertama (Siklus 1), aspek yang dinilai adalah konsep bilangan kuantum dengan metode ceramah nilai rata-rata 60. Nilai tersebut masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM untuk konsep bilangan kuantum yaitu 65.
f) Refleksi Hasil observasi Tindakan ke 1
Berdasarkan analisa, kemudian dilakukan refleksi untuk melihat tingkat keberhasilan penguasaan konsep bilangan kuantum dengan membuat perencanaan tindakan lanjutan dengan menggunakan analogika.
g) Rencana Tindakan Ke 2 (Siklus 2)
Setelah mempelajari konsep bilangan kuantum dengan metode pengajaran ceramah, selanjutnya dibuat rencana untuk mempelajari konsep yang sama dengan menggunakan analogika.
h) Pelaksanaan Tindakan Ke 2
- Pendahuluan | : | Yaitu apersepsi dengan menanyakan kembali konsep bilangan kuantum yang telah dipelajari sebelumnya . |
- Kegiatan Inti | : | Yaitu menjelaskan konsep bilangan-bilangan kuantum dengan menggunakan analogika. |
- Penutup | : | Yaitu membuat kesimpulan tentang konsep bilangan kuantum. |
i) Evaluasi Tindakan
Mengadakan tes tertulis, yaitu tes tentang bilangan kuantum, yang selanjutnya hasil tes siswa dianalisa sehingga diperoleh nilai.
j) Analisa Hasil Observasi Tindakan Ke 2
Aspek yang dinilai adalah konsep bilangan-bilangan kuantum dengan nilai rata-rata 75.
k) Refleksi Hasil Observasi Tindakan Ke 2
Berdasarkan analisa dari observasi tindakan ke 2 diperoleh nilai rata-rata 75 dan perolehan nilai tersebut sudah diatas KKM untuk Kompetensi Dasar tersebut.
F. Pelaksanaan Kegiatan
Pada bagian pelaksanaan kegiatan ini diuraikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pertama dan kedua. Pada tahap pertama pembelajaran dilaksanakan dengan metode ceramah biasa pada pembahasan konsep bilangan kuantum, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
· Pendahuluan : Apersepsi yaitu menginformasikan tujuan dan melakukan Tanya jawab tentang pembahasan yang telah diperoleh siswa sebelumnya yaitu tentang teori atom mekanika kuantum.
· Kegiatan Inti : Menyampaikan materi tentang konsep bilangan kuantum dengan menggunakan metode ceramah.
· Penutup : Memberikan pertanyaan secara tertulis dan membuat kesimpulan dari pembahasan tersebut.
Selanjutnya hasil pekerjaan siswa dianalisis dan diberi nilai. Kemudian dilakukan pembelajaran tahap kedua pada pertemuan berikutnya, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
· Pendahuluan : Yaitu apersepsi dengan menanyakan kembali tentang konsep bilangan kuantum yang telah dipelajari sebelumnya.
· Kegiatan Inti : Menyampaikan materi tentang bilangan kuantum dengan menggunakan analogika.
· Penutup : Membuat kesimpulan tentang konsep bilangan-bilangan kuantum dan memberikan pertanyaan secara tertulis.
Kemudian hasil pekerjaan siswa dianalisis dan diberi nilai.
G. Pengamatan
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan tes tertulis di setiap akhir kegiatan belajar mengajar. Adapun faktor yang dianalisis dan dinilai yaitu konsep bilangan-bilangan kuantum dari setiap pertemuannya.
Penelitian difokuskan pada metode pengajaran yaitu metode ceramah biasa dan metode ceramah dengan menggunakan analogika.
H. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses KBM selanjutnya dianalisa, hasilnya guru mengadakan refleksi diri untuk menentukan keberhasilan penelitian dan perencanaan tindakan berikutnya untuk mencapai ketuntasan belajar siswa secara individu dan klasikal.
I. Kriteria Keberhasilan
Siswa yang digolongkan telah tuntas belajar, jika memperoleh nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) per Kompetensi Dasar (KD) yaitu 65, termasuk untuk konsep bilangan kuantum.
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Tahap Ke 1
Langkah-langkah pembelajaran pada tahap pertama adalah sebagai berikut :
a) Pendahuluan
· Menginformasikan tujuan dan melakukan Tanya jawab tentang pembahasan yang telah diperoleh sebelumnya yaitu konsep teori atom mekanika kuantum.
b) Kegiatan Inti
· Menyampaikan materi konsep bilangan-bilangan kuantum dengan metode ceramah.
c) Penutup
· Memberikan pertanyaan secara tertulis
· Membuat kesimpulan tentang konsep bilangan kuantum.
2. Evaluasi Pembelajaran tahap Ke 1
Hasil evaluasi tahap pertama diperoleh hasil nilai rata-rata 60.
Kesimpulan pembelajaran tehap pertama belum tuntas, karena rata-rata nilai masih dibawah KKM (Yaitu 65).
3. Pelaksanaan Tahap Ke 2
a) Pendahuluan
· Menanyakan kembali tentang konsep bilangan kuantum.
b) Kegiatan Inti
· Menyampaikan materi tentang konsep bilangan kuantum dengan menggunakan analogika.
c) Penutup
· Memberikan pertanyaan secara tertulis.
· Membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran.
4. Evaluasi Pembelajaran tahap Ke 2
Hasil evaluasi tahap kedua diperoleh nilai rata-rata sebesar 75.
Kesimpulan pembelajaran pada tahap ke 2 sudah tuntas, karena perolehan nilai rata-rata yang sudah di atas nilai KKM.
B. Pembahasan
Setelah dilaksanakan pelaksanaan pembelajaran dan penelitian terhadap 40 siswa kelas XI.IPA-1 pada konsep bilangan kuantum dengan dua metode pengajaran yang berbeda, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Dengan metode ceramah biasa pada konsep bilangan kuantum diperoleh nilai rata-rata 60, sedangkan dengan metode ceramah menggunakan analogika pada pembahasan konsep yang sama mengalami peningkatan nilai menjadi rata-rata 75.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan, bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah menggunakan analogika dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XI.IPA-1 MAN Sukamanah pada pemahaman konsep bilangan kuantum.
Hal ini dilakukan setelah melalui dua tahap (siklus) penelitian tindakan kelas (PTK), dimana pada tahap ke 1 menggunakan metode ceramah biasa dan pada tahap ke 2 dengan metode ceramah modifikasi menggunakan analogika.
B. Saran-saran
· Metode pengajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar harus disesuaikan dengan materi pelajaran.
· Pada pelajaran sains dengan teori lebih bersifat abstrak, maka penggunaan analogika pada proses belajar mengajar (KBM) bisa membantu siswa lebih mudah memahami konsep yang diajarkan.
· Dengan demikian rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) perlu dibuat lebih matang dengan melihat berbagai aspek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar