Proses Pembentukan Minyak Bumi dan Gas
Alam
Keberadaan minyak bumi di alam
merupakan hasil pelapukan fosil-fosil tumbuhan dan hewan pada zaman purba
jutaan tahun silam. Organisme-organisme tersebut kemudian dibusukkan oleh
mikroorganisme dan terkubur atau terpendam dalam lapisan kulit bumi. Dengan
tekanan dan suhu yang tinggi, maka setelah jutaan tahun lamanya, material
tersebut berubah menjadi minyak yang terkumpul dalam pori-pori batu kapur atau
batu pasir. Oleh karena pori-pori batu kapur bersifat kapiler, maka dengan
prinsip kapilaritas, minyak bumi yang terbentuk tersebut perlahan-lahan
bergerak ke atas. Ketika gerakan tersebut terhalang oleh batuan yang tidak
berpori, maka terjadilah penumpukan minyak dalam batuan tersebut.
Itu sebabnya minyak bumi disebut
sebagai petroleum (petrus = batu, oleum = minyak). Daerah lapisan
bawah tanah yang tidak berpori tersebut dikenal dengan nama antiklinal atau
cekungan. Daerah cekungan ini terdiri dari beberapa lapisan, lapisan yang
paling bawah berupa air, lapisan di atasnya berisi minyak, sedang di atas
minyak bumi tersebut terdapat rongga yang berisi gas alam. Jika cekungan
mengandung minyak bumi dalam jumlah besar, maka pengambilan dilakukan dengan
jalan pengeboran. Proses pengeboran minyak bumi dan gas alam tersebut
digambarkan sebagai berikut.
Untuk mengeluarkan minyak dan gas bumi
dilakukan pengeboran. Daerah penghasil minyak bumi di Indonesia umumnya
terdapat di daerah pantai atau lepas pantai, seperti pantai utara Jawa (Cepu,
Wonokromo, Cirebon), daerah Sumatera bagian Utara dan Timur (Aceh, Riau),
daerah Kalimantan Timur (Tarakan, Balikpapan), dan daerah Irian (Papua).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar